Zaman Indonesia Baru (Seni Rupa Modern)
Zaman Indonesia Baru (Seni Rupa Modern) - Seni rupa modren merupakan babak baru dalam perkembangan seni rupa. Menurut konsepnya, karya seni rupa tidak lagi menjadi simbol-simbol kehidupan yang kaku, namun ia lebih cenderung menjadi pengungkap ekspresi dan nilai seorang seniman secara bebas. Perkembangan seni rupa Indonesia modern terbagi dalam beberapa babak / periodesasi.
1. Masa Raden Saleh (Perintisan)
Raden Saleh Syariep Bustaman adalah putra seorang bangsawan. Ketika umurnya 10 Tahun (1817) beliau di serahkan oleh pamannya kepada belanda untuk dididik menjadi pegawai. Pada tahun 1826, beliau mendapat pelajaran menggambar dari A.A.J. Payen, seorang pelukis dari Belgia. Payen meminta Jendral V. Der Capelen untuk memberi izin kepada Raden Saleh untuk meneruskan pelajaran di negeri Belanda. Cornelius Krusemen dan pelukis pemandangan yang bernama Andrean Schelf Vernet menjadi guru beliau.
Raden Saleh tinggal di kota Dresden (Jerman) selama 5 tahun dan lukisanya banyak disukai oleh orang-orang di sana dan beliaupun dikenal sebagai pelukis ‘potret’ yang handal. Setelah 10 tahun berkelana di Eropa, Raden Saleh kembali ke Indonesia bersama istrinya Ny.Winkelman pada tahun 1851. Raden Saleh Syarief Bustaman merupakan orang Indonesia yang pertama merintis jalan menuju seni rupa indonesia moderen meskipun corak lukisanya romantis, naturalis dan bergaya Barat.
Beberapa Karya Raden Saleh :
2. Masa Indonesia Jelita (Indie Mooi) 1878
Beberapa pengamat seni menilai bahwa masa Indie Mooi menghasilkan karya-karya lukisan yang bersifat turistik, dengan “Gaya Denting” yaitu melukis dengan merekam langsung obyek-obyek pemandangan di sekitarnya dengan pelukisan naruralistik. Dan romatik. Lukisan-lukisan era Indie Mooi hanya menyenangkan secara visual, serba indah namun miskin kreativitas dan tidak menghayati subyek yang di lukisnya, karena mereka terkena getah kesuraman seni lukis Belanda yang diakibatkan oleh peperangan Napoleon di Eropa yang tak kunjung padam.
Tokoh seniman dari masa Indie Mooi adalah Abdullah Soro Subroto, putra dari Dr.Wahidin Sudiro Husodo. Abdullah Soro Subroto dikenal dengan sebutan Abdullah S.R yang kemudian diikuti oleh anak-anaknya untuk menjadi seniman di antaranya Sujono Abdullah, Basuki Abdullah, Tijito Abdullah,sedangkan pelukis lainnya ada Pirngadi, Henk Ngantung,Lee Man Fong, dll.
Beberapa lukisan masa Indie Mooi:
3. Masa Cita Nasional
Pada masa ini, kesenian indonesia sedang berusaha untuk mencari ciri khas kesenian Nasional. S. Sudjojono adalah figur yang meledak-ledak dibakar rasa Nasionalisme dan tidak puas dengan kehidupan seni rupa.
Pada masa Indie Mooi semua lukisan serba indah, karena hal ini, dianggap mengingkari kenyataan yang ada di Indonesia. S.Sudjono bersama rekan-rekanya mendirikan sebuah organisasi yang bernama PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia) dan diketuai oleh Agus Jayasuminta.
Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di kalangan bangsa Indonesia dengan mencari gaya indonesia asli. Kelompok pelukis Persagi lebih mementingkan penumpahan jiwa dan isi hati pada karya bukan teknik dan bahan seperti yang diutamakan oleh para pelukis masa Indie Mooi.
Berikut adalah beberapa karya lukisan Masa Cita Nasional :
4. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini di dirikan sebuah kelompok lukis oleh jepang yang bernama Keimin Bunka Shidoso dengan sebagai propaganda pembentuk ke kaisaran Asia Timur Raya. Pada masa ini juga berdiri sebuah organisasi yang di bentuk oleh 4 serangkai yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Kihajar dewantara, KH. Mas-mansur.Perkumpulan ini bernama PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat) dan di tangani oleh S.Sudjojono dan Affandi tetapi organisasi ini di bubarkan oleh jepang pada tahun 1944 dan S.Sudjojono mengajar di keimin Bunka Shidoso.
5. Masa Sesudah Kemerdekaan
Pada masa ini banyak sekali organisasi yang bergerak di bidang seni rupa (lukis) bermunculan di antaranya SIM (Seniman Indonesia Muda) yang beranggotakan Affandi ,Hendra Gunawan, Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, Dan Trisno Sumaarjo. Setelah Keluar Dari SIM Affandi dan Hernanda Gunawan Mendirikan Pelukis rakyat, Taman Siswa dll. Semua organisasi ini mencetuskan sebuah organisasi baru
yang bernama ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia).
6. Masa Pendidikan Formal
Masa Pendidikan Formal, Indonesia banyak meresmikan pusat pendidikan seni rupa untuk mencetak para seniman di antaranya ASRI, Balai Perguruan Tinggi ,Guru Gambar, ITB, dll.
7. Masa Seni Rupa Baru Di Indonesia
Masa Seni Rupa Baru di Indonesia di mulai pada tahun 1974 dengan munculnya kelompok baru dari kalangan seniman muda. Pada masa ini para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam penggarapannya. Para seniman muda ini berusaha menciptakan sesuatu yang baru yang tidak tergantung pada suatu media tertentu, tetapi sudah meggunakan berbagai media untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda. Penerapan konsep konsep yang tabu sudah di unkapkan lewat lukisannya.
1. Masa Raden Saleh (Perintisan)
Raden Saleh Syariep Bustaman adalah putra seorang bangsawan. Ketika umurnya 10 Tahun (1817) beliau di serahkan oleh pamannya kepada belanda untuk dididik menjadi pegawai. Pada tahun 1826, beliau mendapat pelajaran menggambar dari A.A.J. Payen, seorang pelukis dari Belgia. Payen meminta Jendral V. Der Capelen untuk memberi izin kepada Raden Saleh untuk meneruskan pelajaran di negeri Belanda. Cornelius Krusemen dan pelukis pemandangan yang bernama Andrean Schelf Vernet menjadi guru beliau.
Raden Saleh tinggal di kota Dresden (Jerman) selama 5 tahun dan lukisanya banyak disukai oleh orang-orang di sana dan beliaupun dikenal sebagai pelukis ‘potret’ yang handal. Setelah 10 tahun berkelana di Eropa, Raden Saleh kembali ke Indonesia bersama istrinya Ny.Winkelman pada tahun 1851. Raden Saleh Syarief Bustaman merupakan orang Indonesia yang pertama merintis jalan menuju seni rupa indonesia moderen meskipun corak lukisanya romantis, naturalis dan bergaya Barat.
Beberapa Karya Raden Saleh :
a. Antara hidup dan mati b. Berburu banteng di jawa c. Merapi yang meletus
2. Masa Indonesia Jelita (Indie Mooi) 1878
Beberapa pengamat seni menilai bahwa masa Indie Mooi menghasilkan karya-karya lukisan yang bersifat turistik, dengan “Gaya Denting” yaitu melukis dengan merekam langsung obyek-obyek pemandangan di sekitarnya dengan pelukisan naruralistik. Dan romatik. Lukisan-lukisan era Indie Mooi hanya menyenangkan secara visual, serba indah namun miskin kreativitas dan tidak menghayati subyek yang di lukisnya, karena mereka terkena getah kesuraman seni lukis Belanda yang diakibatkan oleh peperangan Napoleon di Eropa yang tak kunjung padam.
Tokoh seniman dari masa Indie Mooi adalah Abdullah Soro Subroto, putra dari Dr.Wahidin Sudiro Husodo. Abdullah Soro Subroto dikenal dengan sebutan Abdullah S.R yang kemudian diikuti oleh anak-anaknya untuk menjadi seniman di antaranya Sujono Abdullah, Basuki Abdullah, Tijito Abdullah,sedangkan pelukis lainnya ada Pirngadi, Henk Ngantung,Lee Man Fong, dll.
Beberapa lukisan masa Indie Mooi:
1. Pemandangan di
sekitar 2. Pelabuhan ratu(pirngadi) 3. Cap Go Meh, dll
gunung merapi3. Masa Cita Nasional
Pada masa ini, kesenian indonesia sedang berusaha untuk mencari ciri khas kesenian Nasional. S. Sudjojono adalah figur yang meledak-ledak dibakar rasa Nasionalisme dan tidak puas dengan kehidupan seni rupa.
Pada masa Indie Mooi semua lukisan serba indah, karena hal ini, dianggap mengingkari kenyataan yang ada di Indonesia. S.Sudjono bersama rekan-rekanya mendirikan sebuah organisasi yang bernama PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia) dan diketuai oleh Agus Jayasuminta.
Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di kalangan bangsa Indonesia dengan mencari gaya indonesia asli. Kelompok pelukis Persagi lebih mementingkan penumpahan jiwa dan isi hati pada karya bukan teknik dan bahan seperti yang diutamakan oleh para pelukis masa Indie Mooi.
Berikut adalah beberapa karya lukisan Masa Cita Nasional :
4. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini di dirikan sebuah kelompok lukis oleh jepang yang bernama Keimin Bunka Shidoso dengan sebagai propaganda pembentuk ke kaisaran Asia Timur Raya. Pada masa ini juga berdiri sebuah organisasi yang di bentuk oleh 4 serangkai yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Kihajar dewantara, KH. Mas-mansur.Perkumpulan ini bernama PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat) dan di tangani oleh S.Sudjojono dan Affandi tetapi organisasi ini di bubarkan oleh jepang pada tahun 1944 dan S.Sudjojono mengajar di keimin Bunka Shidoso.
5. Masa Sesudah Kemerdekaan
Pada masa ini banyak sekali organisasi yang bergerak di bidang seni rupa (lukis) bermunculan di antaranya SIM (Seniman Indonesia Muda) yang beranggotakan Affandi ,Hendra Gunawan, Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, Dan Trisno Sumaarjo. Setelah Keluar Dari SIM Affandi dan Hernanda Gunawan Mendirikan Pelukis rakyat, Taman Siswa dll. Semua organisasi ini mencetuskan sebuah organisasi baru
yang bernama ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia).
6. Masa Pendidikan Formal
Masa Pendidikan Formal, Indonesia banyak meresmikan pusat pendidikan seni rupa untuk mencetak para seniman di antaranya ASRI, Balai Perguruan Tinggi ,Guru Gambar, ITB, dll.
7. Masa Seni Rupa Baru Di Indonesia
Masa Seni Rupa Baru di Indonesia di mulai pada tahun 1974 dengan munculnya kelompok baru dari kalangan seniman muda. Pada masa ini para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam penggarapannya. Para seniman muda ini berusaha menciptakan sesuatu yang baru yang tidak tergantung pada suatu media tertentu, tetapi sudah meggunakan berbagai media untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda. Penerapan konsep konsep yang tabu sudah di unkapkan lewat lukisannya.