Hujan Frontal : Pengertian, Karakteristik, Manfaat, Dampak
Fenomena alam menjadi teman setia di keseharian manusia di muka bumi. Ada banyak sekali fenomena alam yang bisa disaksikan dan dirasakan, seperti hujan, badai, gunung meletus, atau tsunami. Fenomena ini rupanya tak hanya terjadi di bumi, namun beberapa planet lainnya juga mengalami hal yang sama. Sebagai bagian dari tata surya, wajar kalau fenomena yang dialami hampir mirip dengan gejala gejala alam yang juga di alami oleh planet planet lain.
Jika kita berbicara soal fenomena alam, hujan merupakan salah satu dari banyaknya fenomena alam yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Berada di daerah tropis, curah hujan di Indonesia tentu relatifitas terbilang tinggi. Bahkan masyarakat Indonesia sudah mengenal dan hafal tentang periode penghujan yang terjadi pada setiap tahunnya. Tak jarang tingginya curah hujan tersebut mengakibatkan fenomena alam lain, seperti banjir.
Pengertian Hujan Secara Ilmiah
Secara umum, hujan dapat diartikan sebagai tetesan air yang turun dari langit ke bumi. Penjelasan ilmiahnya ini tentunya jauh bisa lebih kompleks lagi, yakni butiran air yang terbentuk melalui proses evaporasi (penguapan) serta kondensasi (pengembunan) dan dibawa oleh udara. Penguapan air ini berasal dari berbagai sumber air di muka bumi, mulai dari laut, rawa, danau, maupun sungai sungai.
Saat air ini menguap, titik-titik air tersebut akan membentuk awan di udara. Setelah awan itu mengalami kejenuhan, barulah awan tersebut menumpahkan titik titik air ke bumi. Proses ini dikenal dengan istilah kondensasi yang merupakan kebalikan dari proses evaporasi (penguapan). Dari sinilah kita mengalami fenomena alam berupa hujan di beberapa daerah.
Pada dasarnya, hujan sendiri memiliki beberapa jenis, yaitu hujan frontal, konveksi atau zenithal, dan orografis. Ketiganya punya karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Pada artikel ini, kita akan membahas hujan frontal yang lebih sering dialami di daerah lintang atau sub tropis, khususnya Indonesia.
Bagaimanakah definisi hujan frontal menurut kajian ilmiah? Apa itu yang dimaksud hujan frontal ?
Pengertian Hujan Frontal
Hujan frontal adalah titik titik air yang terbentuk karena adanya perbedaan massa udara. Udara dengan massa panas harus bertemu dengan massa dingin di wilayah lintang atau subtropis. Akibat dari peristiwa tersebut, kondensasi terjadi secara cepat dan menghasilkan suhu udara yang terlalu rendah (dingin).
Pendinginan yang terjadi secara cepat (instan) tersebut akhirnya menyebabkan hujan pada daerah depan (front area). Oleh sebab itulah hujan tersebut dinamakan hujan frontal. Tak hanya itu, batasan antara massa dingin dan panas juga dikenal dengan istilah front. Umumnya, hujan frontal ini hanya dapat terjadi di kawasan lintang maupun subtropis. Hal ini berkaitan dengan adanya pergerakan udara dari wilayah bertekanan tinggi ke wilayah yang bertekanan rendah.
Proses terjadinya hujan frontal ini ditandai dengan pergerakan udara. Di area ini, temperatur suhu udara akan terasa berbeda. Ketika ada udara dengan massa berbeda bertemu, maka akan terjadi proses pendinginan. Udara yang dingin sifatnya cenderung menekan dan mengangkat udara yang sifatnya lembab. Peristiwa ini dapat mempercepat proses kondensasi, sehingga terbentuklah awan. Seperti yang kita ketahui, kondensasi merupakan awal dari proses turunnya hujan di muka bumi.
Karakteristik Hujan Frontal
Untuk karakteristik sendiri, hujan frontal sebenarnya memiliki beberapa ciri utama. Setidaknya, Anda akan menemukan poin dibawah ini sebagai karakteristik utamanya, yaitu:
1. Mengakibatkan Hujan Es
Tak semua hujan frontal berujung pada pembekuan atau kristal es. Fenomena hujan es ini kemungkinan terbesar terjadi pada area tropis, jika hujan frontal mencapai suhu dibawah 0 derajat celcius. Proses pengkristalan es pun sangat cepat, sebab proses ini melibatkan evaporasi dari berbagai sumber air.
Ketika air menguap ke udara, titik-titik air terbentuk dengan suhu yang sangat rendah. Karena suhu yang terlalu dingin, hujan yang turun pun seolah-olah membeku dan membentuk butiran kristal es.
2. Berada di Area Front
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hujan frontal terjadi di area front. Area ini merupakan daerah pertemuan antara udara dengan massa yang berbeda. Umumnya, suhu di area front akan terasa berbeda. Perbedaan suhu tersebut bisa terbilang ekstrim, sebab suhu pada derah tersebut terasa sangat dingin sekaligus sifatnya lembab. Perbedaan temperatur ini pulalah yang mengakibatkan kondensasi terjadi secara cepat.
3. Perbedaan Massa Udara
Tak jauh berbeda dari poin nomor 2, udara memiliki massa yang berbeda antara satu dengan lainnya. Saat udara dengan massa berbeda saling bertemu, proses kondensasi akan terjadi di suatu wilayah. Pada hujan frontal, udara bermassa panas akan bergerak ke udara dengan massa dingin.
Manfaat yang Dihasilkan Hujan Frontal
Setelah tahu proses serta karakteristik hujan frontal, kini Anda harus tahu manfaatnya. Dibalik hujan es tersebut, sebenarnya ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan, yaitu:
1. Memperbaiki Kualitas Udara
Dengan turunnya hujan frontal, kualitas udara akan semakin membaik. Polusi yang mencemari area front tersebut akan terserap oleh titik titik air dari hujan frontal. Selain itu, udara pun akan terasa lebih segar daripada sebelumnya sebelum terjadi hujan.
Suhu panas dan lembab yang terasa sebelum hujan akan langsung silih berganti. Saat hujan frontal turun, rasa sejuk dan dingin akan langsung terasa. Panas dan lembab wajar terjadi sebelum hujan turun, sebab air di bumi sedang berproses menguap ke udara.
2. Persediaan Air Bersih
Hujan frontal kerap dijadikan cadangan air bersih oleh sebagian besar masyarakat. Selain ditampung secara langsung, air hujan mampu menyerap ke dalam tanah melalui akar pepohonan. Air yang diresap oleh tanah inilah yang menjadi reservoir air tanah dan akhirnya dapat dimanfaatkan.
Secara tidak langsung, pasokan air bersih akan aman pada masa kemarau. Ketika ditampung langsung pun, persediaan air tanah tetap akan aman. Setidaknya dalam beberapa waktu ke depan, masyarakat bisa memanfaatkan air hujan yang ditampung tersebut.
3. Menyuburkan Tanaman
Tumbuhan membutuhkan pasokan air yang cukup untuk tumbuh dan berkembang. Saat persediaan air tak tercukupi, pertumbuhan tumbuhan tersebut akan terhambat. Turunnya hujan frontal ini dapat memberi asupan yang memadai untuk setiap tanaman. Semua tanaman akan menyerap dan memanfaatkan air hujan semaksimal mungkin. Jangan heran kalau Anda dapat melihat tanaman lebih subur usai hujan frontal turun di area front tersebut.
Efek Negatif dari Hujan Frontal
Hujan frontal acap kali sering memberi pengaruh positif bagi makhluk hidup. Sayangnya, hujan frontal juga membawa pengaruh buruk di muka bumi, seperti:
1. Banjir Bandang
Tak semua hujan frontal menyebabkan banjir atau genangan air. Kondisi ini hanya terjadi ketika intensitas hujan frontal sangat tinggi. Bila hujan frontal turun terlalu deras dan terlalu lama, genangan air akan tercipta dan lama kelamaan akan meninggi. Alhasil, beberapa wilayah yang tak memiliki area serapan yang memadai akan mengalami banjir. Banjir tersebut juga akan mengakibatkan dapat lainnya di beberapa kondisi, seperti mengganggu ekosistem flora dan fauna serta mencemari lingkungan.
2. Pengeringan Terganggu
Untuk beberapa unit usaha yang mengandalkan sinar matahari langsung, hujan frontal akan mengganggu aktivitas tersebut. Selama beberapa waktu, sinar matahari tak akan terlihat lagi di langit. Ini akan mengakibatkan proses pengeringan terganggu, termasuk menjemur pakaian maupun ikan kering. Anda tidak bisa merasakan kehangatan sinar matahari secara langsung akibat curah hujan yang terlalu tinggi.
3. Menghambat Aktivitas
Sama halnya dengan proses pengeringan, aktivitas luar ruangan mesti dihentikan sementara waktu. Tak seorang pun bisa bertahan dibawah tetesan hujan frontal yang pasalnya bertemperatur rendah. Terlebih butiran es yang dihasilkan oleh kondensasi hujan frontal itu sendiri. Siapapun tentu memilih bertahan di dalam ruangan dan melakukan aktivitas lainnya. Untuk itu, ada baiknya menghentikan aktivitas untuk beberapa waktu ke depan.